1. Jelaskan pengertian etika deontologi.
Menurut Immanuel Kant, terdapat dua
kesulitan yang dapat diajukan terhadap
teori deontologi, jelaskan dan bagaimana solusinya ?
Jawaban :
Sebelum
mengetahui pengertian dari “etika deontologi” terlebih dahulu kita harus
mengetahui arti “deontology”.
Istilah
Deontologi berasal dari kata Yunani deon
‘yang berarti kewajiban.
“Mengapa
perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk”, deontologi
menjawab : “karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena
perbuatan kedua dilarang”.
Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.
. Sudah jelas kelihatan bahwa teori deontologi menekankan
pada pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari atas pelaksanaan
kewajiban. Jadi selama melaksanakan kewajiban berati sudah melakukan kebaikan.
Deontologi tidak terpaksa pada konsekuensi perbuatan dengan kata lain
deontologi melaksanakan terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya. Berbeda
dengan utilitarisme yang mempertimbangkan hasilnya lalu dilakukan perbuatannya.
Teori etika deontologi sebenarnya sudah ada sejak periode filsafar Yunani
Kuno, tetapi baru mulai diberi perhatian setelah diberi penjelasan dan
pendasaran logis oleh filsuf Jerman yaitu, Immanuel Kant.
Kata deon berasal dari Yunani yang artinya kewajiban.
Sudah jelas kelihatan bahwa teori deontologi menekankan pada pelaksanaan
kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban berarti sudah melakukan kebaikan.
Deontologi tidak terpasak pada konsekuensi perbuatan. Berbeda dengan
utilitarisme yang mempertimbangkan hasilnya lalu dilakukan perbuatanya.
Lalu apa itu kewajiban menurut deontologi? Sulit untuk mendefinisikanya
namun pemberian contoh mempermudah dalam memahaminya. Misalnya, tidak bileh
menghina, membantu orang tua, membayar hutang, dan tidak berbohong adalah
perbuatan yang bisa diterima secara universal. Jika ditanya secara langsung
apakah boleh menghina orang? Tidak boleh, apakah boleh membantu orang tua?
Tentu itu harus. Semua orang bisa terima bahwa berbohong adalah buruk dan
membantu orang tua adalah baik. Nah, kira-kira seperti itulah kewajiban yang
dimaksud.
Jika dibandingkan dengan utilitarisme coba perhatikan lagi contoh anjing
yang akan dieksekusi karena voting terbanyak mengatakan demikian. Dalam
deontologi tidak demikian, jumlah terbanyak bukanlah ukuran yang menentukan
kebaikan tetapi prinsiplah yang menentukan yaitu prinsip bahwa pembunuhan
adalah perbuatan buruk dan bagaiman pun juga anjing tidak boleh dibunuh.
Etika Deontologi
Istilah ‘deontologi’ berasal dari kata Yunani deon, yag berarti kewajiban. Karena itu, eika deontologi menekankan kewajiban seseorang bertindak secara baik. Menurut etika deontologi, suatu tindakan itu baik buka dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri.
Atas dasar itu, etika deontologi sangat menekankan motivasi, kemauan baik dan watak yang kuat dari pelaku. Atau sebagaimana dikatakan Immanuel Kant (1734-1804), kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari apapun juga. Maka dalam menilai seluruh tindakan kita, kemauan baik harus selalu dinilai paling pertama dan menjadi kondisi dari segalanya. Dan, bahkan menurut kemauan baikadalah syarat mutlak untuk bertindak secara moral. Atas dasar ini, menurut Kant, tindakan yang baik adalah tindakan yang tidak saja sesuai dengan kewajiban melainkan juga yang dijalankan demi kewajibn.
Namun, secara singkat, ada tiga rinsip yang harus dipenuhi:
Istilah ‘deontologi’ berasal dari kata Yunani deon, yag berarti kewajiban. Karena itu, eika deontologi menekankan kewajiban seseorang bertindak secara baik. Menurut etika deontologi, suatu tindakan itu baik buka dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri.
Atas dasar itu, etika deontologi sangat menekankan motivasi, kemauan baik dan watak yang kuat dari pelaku. Atau sebagaimana dikatakan Immanuel Kant (1734-1804), kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari apapun juga. Maka dalam menilai seluruh tindakan kita, kemauan baik harus selalu dinilai paling pertama dan menjadi kondisi dari segalanya. Dan, bahkan menurut kemauan baikadalah syarat mutlak untuk bertindak secara moral. Atas dasar ini, menurut Kant, tindakan yang baik adalah tindakan yang tidak saja sesuai dengan kewajiban melainkan juga yang dijalankan demi kewajibn.
Namun, secara singkat, ada tiga rinsip yang harus dipenuhi:
(1) supaya suatu tindakan punya nilai
moral, tindakan itu harus dijalankan berdasarkan kewajiban;
(2) nilai moral dari tindakan itu tidak
tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan itu melainkan tergantung pada
kemauan baik yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan itu, berarti
kalaupun tujuannya tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik;
(3) sebagai konsekuensi dari kedua prinsp
itu, kewajiban adalah hal yang niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan
sikap horma pada hukum moral universal.
Ada dua kesulitan yang diajukan terhadap teori deontologi, khususnya terhadap pandangan-pandangan Kant, Pertama, bagaimana jadinya apabila seseorang dihadapkan pada dua perinth atau kewajiban moral dalam situasi yang sama, tetapi keduanya tidak bisa dilaksanakan sekaligus, bahkan keduanya saling meniadakan. Untuk memecahkan kesulitan pertama ini, Kant memberi dua hukum moral sebagai perintah tak bersyarat yang sekaligus dapat menjawab persoalan tersebut diatas. Hukum moral pertama, menurut Kant, berbunyi: bertindaklah hanya berdasarkan perintah yang kamu sendiri kehendaki akan menjadi sebuah hukum universal. Kedua, Kant juga mengajukan perintah tak bersyarat lainnya : bertindaklah sedemikian rupanya sehingga anda sealu memperlakukan manusia, entah dalam dirimu sendiri atau pada orang lain.
Persoalan kedua, sebagaimana dikatakn John Stuart Mill, para penganut etika deontologi sesungguhnya ytidak bisa mengelakkan pentingnya akibat dari suatu tindakan untuk menentukan apakah tindakan itu baik atau buruknya. Dalam perspektif etika Adam Smith, persoalan ini dapat dipecahkan secara lain. Menurut Adam Smith, suatu tindakan dapat dinilai baik dan buruk berdasar motif pelakunya serta akibat atau tujuan dari tindakan itu.
Ada dua kesulitan yang diajukan terhadap teori deontologi, khususnya terhadap pandangan-pandangan Kant, Pertama, bagaimana jadinya apabila seseorang dihadapkan pada dua perinth atau kewajiban moral dalam situasi yang sama, tetapi keduanya tidak bisa dilaksanakan sekaligus, bahkan keduanya saling meniadakan. Untuk memecahkan kesulitan pertama ini, Kant memberi dua hukum moral sebagai perintah tak bersyarat yang sekaligus dapat menjawab persoalan tersebut diatas. Hukum moral pertama, menurut Kant, berbunyi: bertindaklah hanya berdasarkan perintah yang kamu sendiri kehendaki akan menjadi sebuah hukum universal. Kedua, Kant juga mengajukan perintah tak bersyarat lainnya : bertindaklah sedemikian rupanya sehingga anda sealu memperlakukan manusia, entah dalam dirimu sendiri atau pada orang lain.
Persoalan kedua, sebagaimana dikatakn John Stuart Mill, para penganut etika deontologi sesungguhnya ytidak bisa mengelakkan pentingnya akibat dari suatu tindakan untuk menentukan apakah tindakan itu baik atau buruknya. Dalam perspektif etika Adam Smith, persoalan ini dapat dipecahkan secara lain. Menurut Adam Smith, suatu tindakan dapat dinilai baik dan buruk berdasar motif pelakunya serta akibat atau tujuan dari tindakan itu.
2. Apa yang dimaksud dengan profesi? Apakah
perbedaan profesi dengan hoby? Dan sebutkan ciri – ciri profesi !
Jawaban :
Berikut pengertian profesi dan profesional menurut DE GEORGE :
PROFESI,
adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
PROFESIONAL, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan
hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau
seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu
keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang
menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar
hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.
Yang harus kita ingat dan fahami betul bahwa “PEKERJAAN / PROFESI” dan “PROFESIONAL”
terdapat beberapa perbedaan :
PROFESI :
- Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
- Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
- Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
- Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
PROFESIONAL :
- Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.
- Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.
- Hidup dari situ.
- Bangga akan pekerjaannya.
Hobi adalah suatu kegiatan yang menyenangkan dan dilakukan dengan penuh
gairah yang menjadi kebiasaan/kegemaran, serta tidak menghitung coast dalam
pemenuhanya, asalkan mampu memberikan kepuasan hobi tersebut, maka seseorang
akan melakukan apapun.
Sedangkan perbedaanya pada keduanya adalah dimana kegemaran tersebut
dijadikan suatu kemampuan yang membuat dia meraih pendapatan dari apa yang dia
lakukan berdasarkan kriteria pekerjaan yang dia pilih, perkejaan itu bisa
berupa kegemaran atau keinginan seseorang untuk menjadi sesuatu dan hidup dari
hal tersebut, nikmatnya menjadi seorang profesi adalah bisa melakukan hal yang
kita sukai dan mendapat bayaran dan penghidupan dari hal tersebut.
3. Sebutkan dan jelaskan, argument yang
menentang dan mendukung mitos bisnis amoral !
Jawaban :
ARGUMEN YANG MENDUKUNG DAN
YANG MENENTANG ETIKA BISNIS
Banyak yang keberatan dengan penerapan standar moral dalam aktivitas bisnis. Bagian ini membahas keberatan-keberatan tersebut dan melihat apa yang dapat dikatakan berkenaan dengan kesetujuan untuk menerapkan etika ke dalam bisnis.
Tiga keberatan atas penerapan etika ke dalam bisnis : Orang yang terlibat dalam bisnis, kata mereka hendaknya berfokus pada pencarian keuntungan finansial bisnis mereka dan tidak membuang-buang energi mereka atau sumber daya perusahaan untuk melakukan ”pekerjaan baik”. Tiga argumen diajukan untuk mendukung perusahaan ini :
Banyak yang keberatan dengan penerapan standar moral dalam aktivitas bisnis. Bagian ini membahas keberatan-keberatan tersebut dan melihat apa yang dapat dikatakan berkenaan dengan kesetujuan untuk menerapkan etika ke dalam bisnis.
Tiga keberatan atas penerapan etika ke dalam bisnis : Orang yang terlibat dalam bisnis, kata mereka hendaknya berfokus pada pencarian keuntungan finansial bisnis mereka dan tidak membuang-buang energi mereka atau sumber daya perusahaan untuk melakukan ”pekerjaan baik”. Tiga argumen diajukan untuk mendukung perusahaan ini :
A. Beberapa berpendapat bahwa di pasar bebas kompetitif sempurna, pencarian keuntungan dengan sendirinya menekankan bahwa anggota masyarakat berfungsi dengan cara-cara yang paling menguntungkan secara sosial. Agar beruntung, masing-masing perusahaan harus memproduksi hanya apa yang diinginkan oleh anggota masyarakat dan harus melakukannya dengan cara yang paling efisien yang tersedia. Anggota masyarakat akan sangat beruntung jika manajer tidak memaksakan nilai-nilai pada bisnis, namun mengabdikan dirinya pada pencarian keuntungan yang berfokus.
Argumen tersebut menyembunyikan sejumlah asumsi yaitu :
- Sebagian
besar industri tidak ”kompetitif secara sempurna”, dan sejauh sejauh
perusahaan tidak harus berkompetisi, mereka dapat memaksimumkan keuntungan
sekalipun produksi tidak efisien.
2. Argumen itu mengasumsikan bahwa langkah manapun yang diambil untuk meningkatkan keuntungan, perlu menguntungkan secara sosial, sekalipun dalam kenyataannya ada beberapa cara untuk meningkatkan keuntungan yang sebenarnya merugikan perusahaan : membiarkan polusi, iklan meniru, menyembunyikan cacat produksi, penyuapan. Menghindari pajak, dsb.
3.Argumen itu mengasumsikan bahwa dengan memproduksi apapun yang diinginkan publik pembeli, perusahaan memproduksi apa yang diinginkan oleh seluruh anggota masyarakat, ketika kenyataan keinginan sebagian besar anggota masyarakat (yang miskin dan dan tidak diuntungkan) tidak perlu dipenuhi karena mereka tidak dapat berpartisipasi dalam pasar.
4.Argumen itu secara esensial membuat penilaian normatif.
B. Kadang diajukan untuk menunjukan bahwa manajer bisnis hendaknya
berfokus mengejar keuntungan perusahaan mereka dan mengabaikan pertimbangan
etis, yang oleh Ale C. Michales disebut ”argumen dari agen yang loyal”. Argumen
tersebut secara sederhana adalah sebagai
berikut :
Sebagai agen yang loyal dari majikannya manajer mempunyai kewajiban untuk melayani majikannya ketika majikan ingin dilayani (jika majikan memiliki keakhlian agen).
Majikan ingin dilayani dengan cara apapun yang akan memajukan kepentingannya sendiri. Dengan demikian sebagai agen yang loyal dari majikannya, manajer mempunyai kewajiban untuk melayani majikannya dengan cara apapun yang akan memajukan kepentingannya.
Argumen agen yang loyal adalah keliru, karena ”dalam menentukan apakah perintah klien kepada agen masuk akal atau tidak... etika bisnis atau profesional harus mempertimbangkan” dan ”dalam peristiwa apapun dinyatakan bahwa agen mempunyai kewajiban untuk tidak melaksanakan tindakan yang ilegal atau tidak etis”. Dengan demikian, kewajiban manajer untuk mengabdi kepada majikannya, dibatasi oleh batasanbatasan moralitas.
C.Untuk menjadi etis cukuplah bagi orang-orang bisnis sekedar mentaati hukum : Etika bisnis pada dasarnya adalah mentaati hukum.Terkadang kita salah memandang hukum dan etika terlihat identik. Benar bahwa hukum tertentu menuntut perilaku yang sama yang juga dituntut standar moral kita. Namun demikian, hukum dan moral tidak selalu serupa. Beberapa hukum tidak punya kaitan dengan moralitas, bahkan hukum melanggar standar moral sehingga bertentangan dengan
moralitas, seperti hukum perbudakan yang memperbolehkan kita memperlakukan budak sebagai properti.
Jelas bahwa etika tidak begitu saja mengikuti hukum. Namun tidak berarti etika tidak mempunyai kaitan dengan hukum. Standar Moral kita kadang dimasukan ke dalam hukum ketika kebanyakan dari kita merasa bahwa standar moral harus ditegakkan dengan kekuatan sistem hukum sebaliknya, hukum dikritik dan dihapuskan ketika jelas-jelas melanggar standar moral.
Kasus etika dalam bisnis
Etika seharusnya diterapkan dalam bisnis dengan menunjukan bahwa etika mengatur semua aktivitas manusia yang disengaja, dan karena bisnis merupakan aktitivitas manusia yang disengaja, etika hendaknya juga berperan dalam bisnis. Argumen lain berpandangan bahwa, aktivitas bisnis, seperti juga aktivitas manusia lainnya, tidak dapat eksis kecuali orang yang terlibat dalam bisnis dan komunitas sekitarnya taat terhadap standar minimal etika. Bisnis merupakan aktivitas kooperatif yang eksistensinya mensyaratkan perilaku etis.
Dalam masyarakat tanpa etika, seperti ditulis oleh filsuf Hobbes, ketidakpercayaan dan kepentingan diri yang tidak terbatas akan menciptakan ”perang antar manusia terhadap manusia lain”, dan dalam situasi seperti itu hidup akan menjadi ”kotor, brutal, dan dangkal”. Karenanya dalam masyarakat seperti itu, tidak mungkin dapat melakukan aktivitas bisnis, dan bisnis akan hancur. Katena bisnis tidak dapat bertahan hidup tanpa etika, maka kepentingan bisnis yang paling utama adalah mempromosikan perilaku etika kepada anggotanya dan juga masyarakat luas.
Etika hendaknya diterapkan dalam bisnis dengan menunjukan bahwa etika konsisten dengan tujuan bisnis, khususnya dalam mencari keuntungan. Contoh Merck dikenal karena budaya etisnya yang sudah lama berlangsung, namun ia tetap merupakan perusahaan yang secara spektakuler mendapatkan paling banyak keuntungan sepanjang masa.
Apakah ada bukti bahwa etika dalam bisnis secara sistematis berkorelasi dengan profitabilitas? Apakah Perusahaan yang etis lebih menguntungkan dapripada perusahaan lainnya ?
Beberapa studi menunjukan hubungan yang positif antara perilaku yang bertanggung jawab secara sosial dengan profitabilitas, beberapa tidak menemukan korelasi bahwa etika bisnis merupakan beban terhadap keuntungan. Studi lain melihat, perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial bertransaksi di pasar saham, memperoleh pengembalian yang lebih tinggi daripada perusahaan lainnya. Semua studi menunjukan bahwa secara keseluruhan etika tidak memperkecil keuntungan, dan tampak justru berkontribusi pada keuntungan.
Dalam jangka panjang, untuk sebagian besar, lebih baik menjadi etis dalam bisnis dari pada tidak etis. Meskipun tidak etis dalam bisnis kadang berhasil, namun perilaku tidak etis ini dalam jangka panjang, cenderung menjadi kekalahan karena meruntuhkan hubungan koperatif yang berjangka lama dengan pelanggan, karyawan dan anggota masyarakat dimana kesuksesan disnis sangat bergantung.
Akhirnya kita harus mengetahui ada banyak bukti bahwa sebagian besar orang akan menilai perilaku etis dengan menghukum siapa saja yang mereka persepsi berperilaku tidak etis, dan menghargai siapa saja yang mereka persepsi berperilaku etis.
Pelanggan akan melawan perusahaan jika mereka mempersepsi ketidakadilan yang dilakukan perusahaan dalam bisnis lainnya, dan mengurangi minat mereka untuk membeli produknya. Karyawan yang merasakan ketidakadilan, akan menunjukan absentisme lebih tinggi, produktivitas lebih rendah, dan tuntutan upah lebih tinggi. Sebaliknya, ketika karyawan percaya bahwa organisasi adil, akan senang mengikuti manajer. Melakukan apapun yang dikatakan manajer, dan memandang keputusan manajer sah. Ringkasnya, etika merupakan komponen kunci manajemen yang efektif.Dengan demikian, ada sejumlah argumen yang kuat, yang mendukung pandangan bahwa etika hendaknya diterapkan dalam bisnis.
Sebagai agen yang loyal dari majikannya manajer mempunyai kewajiban untuk melayani majikannya ketika majikan ingin dilayani (jika majikan memiliki keakhlian agen).
Majikan ingin dilayani dengan cara apapun yang akan memajukan kepentingannya sendiri. Dengan demikian sebagai agen yang loyal dari majikannya, manajer mempunyai kewajiban untuk melayani majikannya dengan cara apapun yang akan memajukan kepentingannya.
Argumen agen yang loyal adalah keliru, karena ”dalam menentukan apakah perintah klien kepada agen masuk akal atau tidak... etika bisnis atau profesional harus mempertimbangkan” dan ”dalam peristiwa apapun dinyatakan bahwa agen mempunyai kewajiban untuk tidak melaksanakan tindakan yang ilegal atau tidak etis”. Dengan demikian, kewajiban manajer untuk mengabdi kepada majikannya, dibatasi oleh batasanbatasan moralitas.
C.Untuk menjadi etis cukuplah bagi orang-orang bisnis sekedar mentaati hukum : Etika bisnis pada dasarnya adalah mentaati hukum.Terkadang kita salah memandang hukum dan etika terlihat identik. Benar bahwa hukum tertentu menuntut perilaku yang sama yang juga dituntut standar moral kita. Namun demikian, hukum dan moral tidak selalu serupa. Beberapa hukum tidak punya kaitan dengan moralitas, bahkan hukum melanggar standar moral sehingga bertentangan dengan
moralitas, seperti hukum perbudakan yang memperbolehkan kita memperlakukan budak sebagai properti.
Jelas bahwa etika tidak begitu saja mengikuti hukum. Namun tidak berarti etika tidak mempunyai kaitan dengan hukum. Standar Moral kita kadang dimasukan ke dalam hukum ketika kebanyakan dari kita merasa bahwa standar moral harus ditegakkan dengan kekuatan sistem hukum sebaliknya, hukum dikritik dan dihapuskan ketika jelas-jelas melanggar standar moral.
Kasus etika dalam bisnis
Etika seharusnya diterapkan dalam bisnis dengan menunjukan bahwa etika mengatur semua aktivitas manusia yang disengaja, dan karena bisnis merupakan aktitivitas manusia yang disengaja, etika hendaknya juga berperan dalam bisnis. Argumen lain berpandangan bahwa, aktivitas bisnis, seperti juga aktivitas manusia lainnya, tidak dapat eksis kecuali orang yang terlibat dalam bisnis dan komunitas sekitarnya taat terhadap standar minimal etika. Bisnis merupakan aktivitas kooperatif yang eksistensinya mensyaratkan perilaku etis.
Dalam masyarakat tanpa etika, seperti ditulis oleh filsuf Hobbes, ketidakpercayaan dan kepentingan diri yang tidak terbatas akan menciptakan ”perang antar manusia terhadap manusia lain”, dan dalam situasi seperti itu hidup akan menjadi ”kotor, brutal, dan dangkal”. Karenanya dalam masyarakat seperti itu, tidak mungkin dapat melakukan aktivitas bisnis, dan bisnis akan hancur. Katena bisnis tidak dapat bertahan hidup tanpa etika, maka kepentingan bisnis yang paling utama adalah mempromosikan perilaku etika kepada anggotanya dan juga masyarakat luas.
Etika hendaknya diterapkan dalam bisnis dengan menunjukan bahwa etika konsisten dengan tujuan bisnis, khususnya dalam mencari keuntungan. Contoh Merck dikenal karena budaya etisnya yang sudah lama berlangsung, namun ia tetap merupakan perusahaan yang secara spektakuler mendapatkan paling banyak keuntungan sepanjang masa.
Apakah ada bukti bahwa etika dalam bisnis secara sistematis berkorelasi dengan profitabilitas? Apakah Perusahaan yang etis lebih menguntungkan dapripada perusahaan lainnya ?
Beberapa studi menunjukan hubungan yang positif antara perilaku yang bertanggung jawab secara sosial dengan profitabilitas, beberapa tidak menemukan korelasi bahwa etika bisnis merupakan beban terhadap keuntungan. Studi lain melihat, perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial bertransaksi di pasar saham, memperoleh pengembalian yang lebih tinggi daripada perusahaan lainnya. Semua studi menunjukan bahwa secara keseluruhan etika tidak memperkecil keuntungan, dan tampak justru berkontribusi pada keuntungan.
Dalam jangka panjang, untuk sebagian besar, lebih baik menjadi etis dalam bisnis dari pada tidak etis. Meskipun tidak etis dalam bisnis kadang berhasil, namun perilaku tidak etis ini dalam jangka panjang, cenderung menjadi kekalahan karena meruntuhkan hubungan koperatif yang berjangka lama dengan pelanggan, karyawan dan anggota masyarakat dimana kesuksesan disnis sangat bergantung.
Akhirnya kita harus mengetahui ada banyak bukti bahwa sebagian besar orang akan menilai perilaku etis dengan menghukum siapa saja yang mereka persepsi berperilaku tidak etis, dan menghargai siapa saja yang mereka persepsi berperilaku etis.
Pelanggan akan melawan perusahaan jika mereka mempersepsi ketidakadilan yang dilakukan perusahaan dalam bisnis lainnya, dan mengurangi minat mereka untuk membeli produknya. Karyawan yang merasakan ketidakadilan, akan menunjukan absentisme lebih tinggi, produktivitas lebih rendah, dan tuntutan upah lebih tinggi. Sebaliknya, ketika karyawan percaya bahwa organisasi adil, akan senang mengikuti manajer. Melakukan apapun yang dikatakan manajer, dan memandang keputusan manajer sah. Ringkasnya, etika merupakan komponen kunci manajemen yang efektif.Dengan demikian, ada sejumlah argumen yang kuat, yang mendukung pandangan bahwa etika hendaknya diterapkan dalam bisnis.
Sumber: http://entrepreneur.gunadarma.ac.id/elearning/attachments/040_etika%20bisnis%20dan
%20kewirausahaan.pdf
%20kewirausahaan.pdf
4. Apa yang dimaksud dengan code of ethics ?
Jawaban :
Kode etik yang diadopsi oleh organisasi untuk membantu anggota dalam memahami perbedaan antara 'benar' dan 'salah' dan
dalam menerapkan pemahaman bahwa untuk keputusan mereka. Sebuah kode etik umumnya
menyiratkan dokumen yang ada di tiga tingkatan: kode etik bisnis, kode etik bagi
karyawan, dan kode praktek profesional.
Sebuah kode etik bisnis yang sering berfokus pada isu-isu sosial. Ini mungkin menetapkan prinsip-prinsip umum tentang keyakinan organisasi tentang hal-hal seperti misi, kualitas, privasi, atau lingkungan. Ini mungkin menggambarkan prosedur yang tepat untuk menentukan apakah pelanggaran terhadap kode etik telah terjadi dan, jika demikian, apa obat yang harus dikenakan. Efektivitas kode etik tersebut tergantung pada sejauh mana manajemen mendukung mereka dengan sanksi dan penghargaan. Pelanggaran kode organisasi swasta etik biasanya dapat dikenakan kepada pelanggar obat organisasi (seperti perdagangan bebas berdasarkan prinsip-prinsip moral). Kode etik hubungan dan menimbulkan suatu kode etik bagi karyawan. Pada dasarnya etika bisnis berurusan dengan keyakinan moral pemilik usaha terhadap karyawan
kode etik (bisnis etika) fokus pada masalah sosial organisasi. Ini berfokus pada pengembangan bisnis, misi bisnis, rencana pengembangan usaha, menentukan privasi, lingkungan dan rencana besar untuk memberikan bisnis di tingkat atas.
Sebuah kode etik bisnis yang sering berfokus pada isu-isu sosial. Ini mungkin menetapkan prinsip-prinsip umum tentang keyakinan organisasi tentang hal-hal seperti misi, kualitas, privasi, atau lingkungan. Ini mungkin menggambarkan prosedur yang tepat untuk menentukan apakah pelanggaran terhadap kode etik telah terjadi dan, jika demikian, apa obat yang harus dikenakan. Efektivitas kode etik tersebut tergantung pada sejauh mana manajemen mendukung mereka dengan sanksi dan penghargaan. Pelanggaran kode organisasi swasta etik biasanya dapat dikenakan kepada pelanggar obat organisasi (seperti perdagangan bebas berdasarkan prinsip-prinsip moral). Kode etik hubungan dan menimbulkan suatu kode etik bagi karyawan. Pada dasarnya etika bisnis berurusan dengan keyakinan moral pemilik usaha terhadap karyawan
kode etik (bisnis etika) fokus pada masalah sosial organisasi. Ini berfokus pada pengembangan bisnis, misi bisnis, rencana pengembangan usaha, menentukan privasi, lingkungan dan rencana besar untuk memberikan bisnis di tingkat atas.
Bagian II
Permasalahan etis
yang muncul yaitu dengan sengaja membeli barang bajakan yang dapat merugikan
negara dengan itu juga tanpa disadari mereka sudah menjadi seorang pembajak dan
menipu publik dengan tindakan tidak etis mereka



